selamat datang di sketsa dunia kecilku semoga sesuatu yang kecil ini akan bermanfaat meski hanya secuil
Selasa, 24 Januari 2012
Mata Pagi
"Bidadari bersayap kertas. Yang sayapnya dapat dibentang, dilipat dan dikemas. Kemudian disimpan disudut matanya jauh digemuruh samodera, laut-lepas. Tempat melepas angan dan mimpi. Angan yang menjadi bara, dan selalu menjilati tepian api yang membakar kulit, tulang dan tubuh. Wajah mimpi, bentuk dan bayang, tergambar samar dilembar kertas. Yang selalu ingin digores dan dikenang, berlarian dan bergoyang dalam sinar matamu, mata pagi. Kenangan terindah ketika larut dalam lobang bola matamu. Desir angin pantai, rimbun pandan dan gerai lambaian cemara. Melambai pada yang akan datang dan pergi, seperti janji-janji setia matahari, ombak dan rembulan. Saling-silang bergantian mengejar bayang. Membayang pada yang pernah dilahirkan, berjalan dan berseliweran. Kemudian dengan tenang menepi, dipinggir yang sepi dan lengang, disudut kamar ini pernah terbaring mimpi. Dan tempat bunga merah menyala itu menampakan kepak daunnya mula pertama, menyapa sepi, menyapa setiap hati".
Aku seperti orang sedang jatuh cinta. Ya, aku jatuh cinta lagi. Pada bidadari bersayap kertas dalam alam khayalku, yang selalu menemaniku kemana saja aku pergi. Makan, kekamar mandi, berjalan, ketika menikmati kopi soreku dan ketika tidur bersama isteri. Dan kadang mereka selalu bercanda, seperti memainkan mainan si kanak yang bergantian dan berumpetan. Saling sembunyi dan mengintip, terus menertawaiku ketika aku larut dan molai sedikit terpejam. Katanya, "Ssst, lihat, matanya molai redup, sebentar lagi kereta akan lewat. Kau naik didepan dan aku membuntut diekornya yang panjang yaa", sambil terus cekikikan.
Sebagai orang yang sedang jatuh cinta, tentu saja hari-hariku selalu berbunga. Bunga yang selalu muncul dan beterbangan, berpusaran terus memenuhi sudut-sudut ruangan. Ada merah, putih, kuning, ungu, coklat dan biru. Dan aromanya, ach, wangi bunga rumput liar. Wangi alam yang tak pernah terperhatikan, seperti aroma yang selalu melekat dalam tubuh-nya. Seperti juga bebauan yang memiliki sekian jemari, lalu mengelus, membelai dan menggelitik rasa, serasa apa saja. Apa saja yang tersentuh selalu menjadi indah dan sempurna. Mau begini-begitu, semuanya dilakukan dengan bahagia dan penuh keceriaan. Seceria aku memandang dunia, dan kukira demikian sebaliknya. Dan disebaliknya mimpi yang nyata, nyata-nyatanya yang selalu berdampingan antara cinta dan benci, siang dan malam, malam juga hitam, hitam dan putih. Bukankah kehidupan ini selalu berwarna, berpendar dan berdampingan saling mengisi dan mengelabu. Mengelabu dilaut biru lobang bola matamu, yang tak berbentuk, berwujud dan seakan tak melihat, tapi selalu mengarahkan ujung mata panahnya kepadaku. Juga menghitung setiap nafas yang kutarik dan pelan merasai setiap apa yang ditiupkan, ditiupkan pelan dan khidmat ke dalam mata pagi. Mata pagi yang cemerlang dan hangat, dan melelehkan hati yang lama membeku, mengeras dan membatu. Dan bermunculan disetiap malam, seperti kedip sinar bintang-bintang, bintang yang cantig dan selalu menggoda. Menggoda malam yang selalu larut dalam ketersendiriannya. Dan bidadari bersayap kertas itu beterbangan, berputar-putar bercanda dan memetik bintang. "Aku ingin memetik satu bintang, terus kutanam disudut bola matamu", katanya. "Aku ingin mata yang jalang itu terus bersinar, juga diwaktu malam", sambungnya sambil tersenyum, senyum yang riang dan hangat. "Dan selalu menyapaku seperti mata pagi".
Menu malamku sudah menunggu kusantap, tempe goreng garit dan sambal terasi, juga sedikit lalapan. Aku selalu menyukai ini, tahu ga mengapa? karena isteriku selalu menambahkan bumbu cinta disetiap resep masakannya. Selamat malam, selamat bermimpi kawan,...
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar