Tadinya anjing dan kucing adalah sepasang kekasih. Sepasang kekasih yang selalu berada dalam asuhan dewi percintaan. Aku tak tahu wujud dewi percintaan itu seperti apa. Tapi sepertinya selalu membawa busur dan anak panahnya, (atau mungkin uang ya? entahlah,hehehe) anak panah yang menembus jantung-hati dua makhluk untuk bisa dapat saling mengasihi, mencintai dan saling dapat berbagi. Anak panah asmara. Dimana ada anjing, tentulah disitu ada kucing juga. Begitu sebaliknya, pokoknya mereka selalu lengket. Bukan lagi selengket perangko, tapi mungkin selengket lem tikus, sebab bukan hanya tikus yang dapat dijerat, tapi gajah pun dapat.
Percintaan anjing dan kucing adalah percintaan murni. Percintaan murni dan suci kalau boleh aku katakan. Sebab mereka saling jatuh cinta, ya jatuh cinta begitu aja, satu sama lain saling suka. Tanpa mempertimbangkan ras, suku bangsa apalagi status sosial maupun harta benda. Dan yang lebih penting mereka adalah dua makhluk yang berlainan jenis yang saling jatuh cinta. Anjing yang pejantan dan kucing si betina. Karena itu adalah percintaan yang murni, maka itu mungkin yang sekarang banyak ditiru oleh manusia, manusia banyak yang berwatak dan berkelakuan hanya seperti anjing ataupun kucing. Tapi sayangnya mereka hanya berpura-pura saja. Tidak menyelami watak yang sebenarnya, maka mungkin hal itu terus menjadi olok-olok belaka. Betapa romantisnya ketika saat mereka bertemu untuk pertama kalinya, “Namaku anjing”, kata si anjing sambil mengulurkan tangan yang disambut hangat si kucing. “Aku kucing”, kata si kucing sambil tersipu malu. Dan hati mereka saling berkata-kata, “Aku jatuh cinta padamu”,kata si anjing. Si kucing meski tak berkata tapi bahasa tubuhnya menyambut hangat pernyataan cinta si anjing. Dia hanya tersipu malu, sambil memperlihatkan senyuman yang tentu saja sudah dipersiapkan meskipun itu tak dibuat-buat. Semanis madu, bukan gula-gula. Sejak itu dunia seakan menjadi milik mereka berdua. Tiada hari yang dilalui tanpa rasa cinta dan saling mengasihi. Ach, betapa indah hari-hari mereka, hari-hari yang selalu dipenuhi dengan bunga-bunga cinta. Bunga dari pohon cinta yang selalu mereka rawat dan terpupuk dengan baik. Bukan pupuk bersubsidi yang jelas, sebab itu tak pernah sampai pada mereka. Dan jelas hanya kaum kapitalis yang banyak menikmatinya.
Si kucing mempunyai majikan lelaki tampan, berpenghasilan dan kaya. Dan anjing dipelihara wanita cantik, kaya raya dan masih single. Begitu pula majikan kucing, lelaki yang masih dan telah lama menjomblo. Mereka berharap majikan mereka dapat melakukan hal yang sama seperti mereka (yang saling jatuh cinta itu), kurang apa sih? Lelaki bujang, berpenghasilan dan wanita cantik yang sama-sama kaya. Tapi sayangnya mereka tidak saling suka. Majikan kucing tak menyukai anjing. Begitu sebaliknya, majikan anjing tidak menyukai kucing. Lelaki bujangan itu lebih menyukai piaraannya, Si kucing betina yang lucu, imut dan cantik. Dan wanita kaya itu juga lebih memilih anjingnya daripada yang lain. Anjing jantan yang menurutnya setia, patuh dan selalu menjaganya. Dan itu bagi mereka adalah piaraan yang menyenangkan, lebih dari apapun. Itu bagi anjing dan kucing adalah awal bencana bagi hubungan percintaan mereka. Keduanya jadi tak pernah bertemu, meski sempat diam-diam pertemuan itu mereka lakukan. Majikan keduanya melarang keras, ketika mengetahui anjing dan kucing saling men-cintai. “Aku melarangmu berkawan dengan anjing, kucingku yang cantik”, kata Lelaki itu. “Aku tak suka bau kucing menempel ditubuhmu, anjingku sayang”,.. kata si Wanita. Dan keduanya adalah hewan piaran yang setia, patuh dan selalu menjaga majikannya dengan sempurna. Jadinya mereka tak pernah lagi bertemu dan bercinta.
Yogyakarta, 2012.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar