selamat datang di sketsa dunia kecilku semoga sesuatu yang kecil ini akan bermanfaat meski hanya secuil

Rabu, 27 Juli 2011

Menggantung Awan Hitam

Awan hitam yang menggantung pagi, bergandul digoyang mimpi terputus
seperti putusnya benang layang, melimbung, meliuk melayang diketinggian tajam
setajam pedang bermata ganda dan berganda kau dan aku merajut mimpi
apakah hari esok masih kau sebut mimpi sedang kini bumipun tak terpijak,
melambung meliuk melambai,.... ahai melayang seperti hitam-nya awan,
hitam awan yang membentuk kelinci, kelinci bertelinga runcing yang melompat
enteng seenteng senyum yang pernah kau ciptakan kini berpendar menjadi
bintang malam tak tercumbui pagi yang kian menyempit kian menghimpit
dicelah langit yang menggantung awan hitam, awan hitam berbentuk kelinci,
kerbau, kambing, naga, banteng dan kura-kura, ahai.. aku suka yang berwarna
hijau dan bertengger dipuncak keabadian,
tapi tetaplah awan hitam menggantung pagi, yang diekornya kian merapat
mengeruncing ditiup cerobong pabrik-pabrik,

memori pagi dikota kenangan, Gresik 2011

Minggu, 10 Juli 2011

Giri Kedaton

dibukit ini bukit yang biru, kapal itu pernah berlabuh
kapal yang membawa putri dari negeri campa, putri cina yang berkulit putih
dan bermata sipit yang pipinya merah membara, seperti bara didadaku ketika
pertamakali aku menatapnya, pada suatu masa disuatu sore dibukit ini
masa yang pelan terkikis waktu dan angin sore selalu menebar ceritanya

kapal yang menanam jangkar berbentuk jantung-hati
jantung-hati yang utuh tak berkarat dan kini membatu membukit menggunung
anakan seperti punggung si gajah, si gajah yang pernah melintas lautan
dan disetiap retakan gadingnya selalu tertulis penuh khitmat tentang siang-
malam yang tak sepenuhnya terungkap dan cintanya si putri campa
ahai.... sungguh ini bukan cerita sore yang menina-bobokan

dibukit ini bukit yang berundak adalah jantung-hati
dan kita selalu menata takikan jalan baru, jalan yang selalu melintas kearah
waktu dan membiarkan kemana angin bertiup, kemana jemari menunjuk
kemana arah mata memandang, sampai kepucuk-pucuknya langit
bukankah jantung-hati ini punya dua sayap yang dapat terbang bebas tanpa
menunjuk kemana angin bertiup, kemana sore menjemput

dibukit ini Giri Kedaton tempat aku menanam rindu, rindu yang tak berujung
pangkal seperti langit yang kuemban sedang kakiku tertanam sampai berakar
tepat dihadapanku dibukit itu dulu si putri campa kerap menabur senyumnya
yang kini telah berganti pusara yang selalu ditumbuhi bunga rumput liar
dan pusara itu selalu menatapku, ahai.... seperti jantung-hatiku sedang
meleleh menetesi batu nisan tepat dibawahku, pusara yang juga selalu
ditumbuhi bunga rumput-rumput liar
yang selalu bergoyang dihembus angin sore
kubur siapakah yang kini kupijak